|
Makam R.Ng Ronggowarsito |
Tempat yang satu ini sangat dikeramatkan, tak
sekedar oleh warga sekitar saja, bahkan pula oleh bangsa ini. Banyak para
pemimpin negeri yang telah mengunjungi makam pujangga besar kenamaan ini,
apalagi saat akan digelarnya perhelatan akbar pemilihan presiden. Konon
dipercaya, dengan berziarah ke makam ini akan memapu memuluskan jalan menuju
kursi nomor satu negeri ini.
Tempat ini berupa sebuah kompleks kuburan kuno yang
ada di Dusun Kedon, Palar, Trucuk, Klaten, Jawa Tengah. Di areal kompleks makam
seluas kurang lebih 100 meter persegi ini, di sinilah makam para leluhur dan
para pendiri kota Klaten ini dimakamkan.
Di makam yang berjarak sekitar 10 km sebelah
tenggara pusat kota Klaten ini pula bersemayam jasad seorang tokoh besar dalam
sejarah cerita babad tanah Jawa, yaitu Raden Ngabei Ronggowarsito.
Diceritakan oleh Mbah Sewo (80), nenek tua juru
kunci kompleks makam tua ini kepada penulis; Ronggowarsito adalah seorang tokoh
pujangga alias peramal ulung yang sangat disegani oleh para raja-raja yang ada
di tanah Jawa. Ronggowarsito lahir di Yosodipura, Surakarta, Jawa Tengah,
dengan nama kecil yaitu Bagus Burhan. Dalam penanggalan Jawa, Ronggowarsito
terlahir pada tanggal 10 Dzulkaidah, tahun Be 1728, wuku Sungsang, atau dalam
hitungan penanggalan Masehi berarti tanggal 15 Maret 1802, tepat pukul 12
siang.
Karena kepekaan spiritual dan olah kebatinan yang
dimilikinya, Ronggowarsito akhirnya didaulat oleh Keraton Surakarta untuk
menjadi peramal istana. Keraton Suakarta ini merupakan kerajaan pecahan dari
Keraton Yogyakarta paska Perjanjian Giyanti tahun 1755. “Tugas dari Raden
Ronggowarsito adalah meramalkan setiap apa saja yang bakalan terjadi pada
pemerintahan Keraton Surakarta,” jelas nenek 12 cucu ini.
Di lingkungan kerajaan jaman dahulu, keberadaan
seorang peramal istana memang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan kehidupan
bagi kerajaan itu. Selain untuk meramalkan tentang apa yang akan terjadi
terhadap kehidupan kerajaan, seorang pujangga juga dibutuhkan jasanya untuk
meramalkan kekuasaan dari sang raja itu sendiri di kemudian hari.
Artinya, dengan ramalan-ramalan dari seorang ahli
nujum istana tersebut, sang raja pun bisa mengantisipasi sejak awal guna
mengamankan posisi kekuasaannya dari gangguan perusuh yang ingin menjatuhkan
dan menggantikan posisinya.
Ronggowarsito mengabdi sebagai ahli ramal Keraton
Surakarta ini sejak masa pemerintahan Sultan PB VII hingga Sultan PB VIII di
keraton tersebut. Berkat ramalan-ramalan dari Ronggowarsito, Keraton Surakarta
sempat mengalami masa kejayaan dan menjadi kerajaan yang disegani di kawasan
tanah Jawa.
Ronggowarsito meninggal dunia pada tahun 1873 dalam
usia 71 tahun. Dalam salah satu wasiat terakhirnya, Ronggowarsito berpesan
untuk dimakamkam berdekatan dengan pusara kakeknya, yaitu Sudiro Dirjo Gantang
di kompleks dimana kini makam Ronggowarsito berada.
Kematian Ronggowarsito merupakan kehilangan besar
bagi Keraton Surakarta. Ronggowarsito tutup usia dengan meninggalkan ratusan
ramalan-ramalan yang ditulisnya dalam bentuk syair dan bait yang sampai saat
ini terus menjadi tanda tanya besar yang belum terpecahkan bagi masyarakat Jawa
pada umumnya.
Soekarno
Juga Percaya Ramalan Ronggowarsito
Sebagai seorang peramal kerajaan besar, hampir semua
ramalan-ramalan dari sang pujangga yang tertulis dalam beberapa kitab inipun
tidak pernah meleset bagi apa yang terjadi dikehidupan Kerajaan Surakarta
dikemudian hari.
Saking mahsyurnya ramalan Ronggowarsito ini, bahkan
kitab-kitab ramalannya pun dipercaya juga berlaku bagi apa yang akan terjadi
bagi kehidupan negeri ini, Indonesia. Salah satu orang yang sangat percaya
dengan ramalan Ronggowarsito tersebut adalah mendiang Soekarno, presiden
pertama negeri ini.
Ronggowarsito merupakan salah satu tokoh yang
menjadi panutan Soekarno. Pemimpin yang kental dengan olah kebatinan Jawa ini
pun semasa hidupnya sering mengunjungi kompleks makam ini untuk berziarah dan
meminta petunjuk serta restu di hadapan pusara Ronggowarsito.
“Pada tahun 1952, Pak Karno merenovasi makam R.Ng
Ronggowarsito. Makam Raden Ronggowarsito dibuatkan bangunan tersendiri dan baru
selesai pembanguannya pada tahun 1954,” terang nenek tua yang mewarisi jabatan
menjadi juru kunci makam Ronggowarsito dari suaminya yang telah meninggal dunia
pada tahun 1978.
Oleh mendiang Soekarno, pusara Ronggowarsito dibuat
terpisah dari makam lainnya, masih di dalam kompleks makam tersebut. Makam
tokoh legendaris ini pun dibuatkan bangunan permanen tersendiri seperti rumah,
yang disebut cungkup.
Di dalam cungkup seluas sekitar 50 meter persegi
tersebut, terdapat pula 11 nisan kerabat dekat Ronggowarsito yang diantaranya
adalah kedua istri tercintanya yang bernama, Raden Ayu Gombak dan Raden
Kumaradewa. Nisan pusara Rongowarsito terbuat dari batu marmer putih besar
setinggi sekitar 1 m yang ditutupi kain kelambu berwarna putih.
Selama hidupnya, Proklamator ini pun sering pula
menerapkan ramalan-ramalan dari Ronggowarsito dalam setiap langkah politiknya,
baik di dalam politik luar negeri ataupun dalam politik nasional bangsa ini dan
menjadikan ramalan tersebut sebagai peringatan akan kejadian negeri ini yang
akan datang. Termasuk ramalan tentang akan berakhirnya kekuasaannya ditangan
Soeharto. Soekarno pun telah mengetahui jauh-jauh sebelumnya.
“Ada beberapa ramalan Ronggowarsito yang berkaitan
dengan kehidupan bangsa ini, misalnya kitab
Kalatidha. Syair-syair yang tertulis dalam kitab tersebut menceritakan
tentang jaman edan,” cerita Mbah Sewo.
Jaman edan yang dimaksud dalam kitab Kalatidha
tersebut, adalah jaman dimana situasi negeri ini serba tidak terkendali,
kondisi bangsa ini mirip seperti kondisi seorang edan alias gila. Jika
ditafsirkan, jaman edan tersebut adalah jaman ketika pemberontakan G/30S/PKI
dan masa revolusi yang akhirnya mengakhiri karir politik dan pemerintahan
Soekarno.
Mencoba ditafsirkannya lagi oleh Mbah Sewo, bahwa
peristiwa jaman edan tersebut terulang kembali ketika awal akan lengser
keprabon alias runtuhnya rezim Suharto setelah sekitar 32 tahun bertahta.
“Jaman edan pada kitab Kalatidha tersebut juga terbukti pada jaman roformasi,
saat Pak Harto akan berhenti jadi presiden,” terang buyut 8 cicit ini.
Ramai Saat ada Pemilu
Makam Ronggowarsito ini juga menyimpan misteri lain.
Mitosnya, makam ahli nujum kerajaan Surakarta ini juga dipercaya mampu untuk mendongkrak
alias menaikan pamor dan drajat bagi mereka yang datang dan mendoakan
Ronggowarsito di makam ini. Dalam hal ini adalah derajat untuk kepentingan
kepemimpinan.
“Mamang benar, makam Raden Ronggowarsito ini
dipercaya oleh orang banyak akan mampu untuk meningkatkan derajat, pangkat,
serta wibawa seseorang, bagi siapa saja yang melakukan ziarah ke makam Raden
Ronggowarsito ini.”
Jejak Bung Karno yang sering mengunjungi dan
berziarah serta laku perihatin di makam Ronggowarsito, akhirnya berhasil membuat
dirinya memimpin negeri ini sebagai presiden pertama. Ritual seperti itu
pulalah yang juga ditiru oleh banyak orang yang ingin berhasil menjadi seorang
pemimpin, baik dari tingkat pemimpin desa sampai pada tingkat pemimpin sekelas
presiden.
Seperti dikatakan Mbah Sewo, banyak orang-orang
penting negeri ini yang telah mengunjungai makam Ronggowarsito. Hampir semuanya
yang mengunjungi dan berziarah di makam ini, tak lama kemudian terkabul
keinginannya untuk menjadi seorang pemimpin.
“Dahulu Gus Dur pernah ziarah ke makam Raden
Ronggowarsito ini, itu sekitar tahun 1998, setelah Pak Harto berakhir menjadi
Presiden. Gus Dur ke sini cuma sebentar, langsung pergi tanpa pamit kepada saya,”
kenang Mbah Sewo.
Terbukti, setelah kedatangan Gus Dur alias
Abdurrahman Wahid di tempat ini, setahun kemudian, di tahun 1999 dirinya mampu
bertahta menjadi Presiden ke-4 negeri ini, menggantikan presiden sementara kala
itu, BJ Habibie.
Tak berselang lama, giliran Megawati Soekarnoputri
datang berziarah di makam Ronggowarsito ini mengikuti jejak oran tuanya,
Soekarno. Kala itu Magawati masih menjadi Wakil dari Presiden Abdurrahman
Wahid.
“Malam-malam sekitar jam 2 pagi saya disusul oleh
warga sini, katanya ada Ibu Megawati datang mau ziarah. Lalu saya datang ke
makam untuk membukakan pintu makam Raden Ronggowarsito. Saya lihat Ibu Megawati
memakai kerudung dan menaburkan bunga di pusara makam Raden Ronggowarsito bersama
2 orang perempuan lainnya.”
Yang terjadi kemudian, keinginan Megawati terkabul
juga untuk naik tahta menjadi presiden. Pada tanggal 23 Juli 2001, akhirnya
Megawati resmi menjadi presiden ke-5, sekaligus presiden perempuan pertama di
negeri ini menggantikan presiden sebelumnya, Abdurrahman Wahid.
Mbah Sewo pernah juga menerima kedatangan Khofifah
Indar Parawansa, tokoh perempuan yang cukup dekat dengan keluarga Gus Dur,
untuk berziarah di makam Ronggowarsit. “Saat itu pas ramainya beliau akan dicalonkan
untuk menjadi menteri.”
Dan benar, tak selang lama kemudian setelah
kedatangannya di makam ini, akhirnya Khofifah pun dilantik untuk menduduki
posisi sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada kabinet menteri masa pemerintahan
Gus Dur dan Megawati.
“Pak Bibit Waluyo juga pernah ke sini sebelum
pemilihan Gubernur Jawa Tengah, akhirnya beliau terpilih menjadi Gubernur Jawa
Tengah. Besok kalau pemilihan presiden sudah dekat, pasti banyak orang penting
yang akan datang berziarah ke makam Raden Ronggowarsito ini lagi,” tuturnya.