![]() |
Makam R.Ng Ronggowarsito (tampak dari barat) |
Kematian
R.Ng. Ronggowarsito alias Bagus Burham memang sempat menjadi bahan polemik. Pangkal
polemik tersebut adalah karena kematian Ronggowarsito telah diketahuinya
sendiri sebelumnya. Delapan hari sebelum ajal menjemputnya sang pujangga telah
menulis berita kematian tersebut dalam Serat
Sabda Jati. Demikian cuplikannya dalam susunan kalimat asli:
"Amung kurang wolu ari kadulu,
tamating pati patitis. Wus katon neng lobil makpul, antarane luhur, selaning
tahun Jumakir, toluhu madyaning janggur. Sengara winduning pati, netepi ngumpul
sakenggon."
Artinya
kurang lebih bahwa dirinya akan meninggal pada tanggal 5 Dulkaidah 1802 atau
tanggal 24 Desember 1873 pada hari Rabu Pon.
Tulisan
tersebut memang sempat melahirkan kontroversi berkepanjangan. Ada yang menilai
bahwa Ronggowarsito meninggal secara tidak alami, akan tetapi dibunuh
atas perintah persekongkolan Raja Paku Buwono IX yang mendapat desakan Belanda.
Ketika itu Belanda merasa resah karena melihat kelebihan dan kemampuannya.
Karena itulah Belanda berkepentingan menghabisinya. Apalagi, ayahanda
Ronggowarsito ternyata juga telah diculik Belanda hingga akhirnya tutup usia di
Jakarta.
Keinginan
Belanda itu rupanya sejalan dengan sikap Paku Buwono IX. Sang raja juga merasa kurang
berkenan dengan sepak terjang Ronggowarsito yang ketika itu namanya sangat
terkenal melalui karya-karyanya. Maka kuat dugaan, konspirasi menyikirkan
Ronggowarsito akhirnya berjalan sempurna.
Apakah
tafsiran ini benar? Sampai sekarang hal tersebut tetap menjadi misteri. Di satu
pihak menganggap bahwa dengan kewakitaannya
Ronggowarsito memang mampu mengetahui kapan kematiannya akan terjadi. Namun di sisi
lain diduga bahwa tidak menutup kemungkinan ada tangan-tangan yang merekayasa
kematian sang pujangga amungkas tersebut; sekaliggus merekayasa kalimat ramalan
pada Serat Sabda Jati sebagaimana dinukuli di atas.
Memang,
banyak kalangan ahli yang beranggapan, bahwa bait-bait sebagaimana dinukil
diatas itu merupakan tambahan dari orang lain. Hal ini jika mengingat dari
sekitar 50 buku tulisan karya Ronggowarsito, agak susah dibedakan mana yang
asli karyanya, dan mana yang ditulis bersama-sama dengan orang lain, maupun mana
yang hanya terjemahan. Hal ini mudah dimaklumi, pada waktu itu belum ada
perlindungan hak cipta. Apalagi sewaktu Ronggowarsito bertugas di keraton Solo
kerajaan dalam kondisi tidak menentu, terpengaruh dengan perseteruan keluarga
raja dan campur tangan kaum penjajah Belanda yang ingin mengail d air keruh.
Bagaimana yang sebenarnya, hanya Tuhan yang Maha Tahu.
Comments
0 comments to "Misteri Kematian Sang Pujangga"
Posting Komentar