Kembali
ke pondok pesantren, pada mulanya Bagus Burhan belum menunjukkan kesanggupannya
belajar. Berkat kesabaran Kyai Kasan Besari dan kecerdikannya menyentuh jiwa Bagus
Burhan serta membangkitkan cita-cita untuk kepentingan hari depannya, maka
akhirnya anak nakal itu menjadi sadar dan lalu mau belajar, bahkan dengan
sungguh-sungguh. Terbukti, Bagus Bagus anak yang cerdas dan lancar menerima
berbagai macam pelajaran ilmu agama hingga akhirnya ia diangkat menjadi badal
(wakil Kyai) di pondok pesantren Gebang Tinatar. Badal adalah kedudukan
terkemuka di dalam pondok dan menunjukkan betapa besar kepercayaan sang Kyai kepadanya.
Di samping pelajaran itu Bagus Burhan sering menjalankan petunjuk guru dan
pengasuhnya untuk berpuasa, menyepi dan sebagainya sebagai upaya menguasai
nafsunya dalam olah tapa; menguasai diri dan memusatkan jiwa untuk mencapai
cita-cita. Setelah dirasa cukup pengetahuan dan pengalamannya, ia diperkenankan
pulang ke Surakarta.
Dari
eyangnya R.T. Sastranagara ia mendapat pendidikan berbagai pengetahuan termasuk
kesusastraan. Setelah dikhitankan pada tanggal 21 Mei 1815 M. Bagus Bagus diserahkan
kepada Pangeran Buminata untuk menerima gemblengan lahir batin, yakni:
kesaktian, kekebalan, kecerdasan dan kesentosaan jiwa raga (jaya-kawijayan,
kagunan, kanuragan Jw).
Comments
0 comments to "Bagus Burhan; Nakal tapi Cerdas"
Posting Komentar