Add caption |
Ronggowarsito
dalam Selubung Mitos
Kolonialisme yang terjadi hingga
pertengahan abad ke 20 bukan hanya dalam bentuk penjajahan secara fisik,
melainkan penjajahan pikiran. Inilah yang menjadi persoalan. Meskipun Negara
kita sudah memproklamasikan merdeka, tetapi tan pa kita sadari pemikiran kita belum bebas dari sisa-sisa penjajahan
tempo dulu.
Penjajahan pikiran ini antara lain
tercermin dalam berbagai mitos yang berkembang di negeri ini, baik mitos
terhadap tokoh (Sukarno, Pangeran Diponegoro, dan lain-lain), mitos
terhadap tempat (makam keramat, Gunung angker, dan lain-lain), mitos terhadap
benda purbakala (candi, menhir, keris dan lain-lain).
Harus diakui, penilaian terhadap
mitos itu relatif: ada mitos baik, mitos buruk, mitos benar dan mitos salah.
Atau dengan kata lain, apapun mitos yang selama ini berkembang di masyarakat
masih tetap dapat diperdebatkan nilai dan fungsinya.
Tulisan ini sekilas mengulas seputar
mitos terhadap seorang putra terbaik yang pernah dimiliki bangsa ini yang
namanya sangat fenomenal: Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1873). Sosok fenomenal ini dikenal karena
kecerdasan supranaturalnya yang jauh di atas orang-orang pada masanya. Bahkan
hingga kini, kecerdasan supranaturalnya belum tertandingi siapapun.
Dalam berbagai buku, makalah,
seminar, skripsi, disertasi, tulisan di internet dan ulasan berbagai media,
senantiasa menempatkan Ronggowarsito sebagai pujangga dan peramal terbaik yang
pernah dimiliki bangsa ini.
Ronggowarsito terkenal karena
karya-karyanya mengandung bermacam ramalan hingga ratusan tahun ke depan. Serat Kalatidha berikut ini salah
satunya:
Amenangi zaman edan,
Ewuh aya ing pambudi,
Milu edan nora tahan,
Yen tan milu anglakoni,
Boya kadumen melik,
Kaliren wekasanipun,
Ndilalah kersa Allah,
Begja begjane kang lali,
Luwih begja kang eling klawan
waspada,
Maknanya:
Menyaksikan zaman gila,
Serba susah dalam bertindak,
Ikut gila tidak akan tahan,
Tapi kalau tidak mengikuti (gila),
Tidak akan mendapat bagian,
Kelaparan pada akhirnya,
Namun telah menjadi kehendak Alloh,
Sebahagia-bahagianya orang yang
lalai (lupa),
Akan lebih bahagia orang yang tetap
ingat dan waspada.
Karya-karya Ronggowarsito yang
terkenal diantaranya: Serat Kalatidha
berisi gambaran penjajahan yang disebut Zaman Edan. Serat Jaka Lodhang berisi ramalan datangnya Zaman Baik dan Serat Sabdatama yang berisi ramalan
tentang sifat Zaman Makmur dan Perilaku Manusia yang Tamak. Bahkan menjelang
akhir hayatnya, beliau menulis Serat
Sabda Jati yang diantaranya berisi ramalan saat kematiannya sendiri.
Tetapi, nanti dulu. Sosok fenomenal
yang namanya selalu diidentikkan dengan julukan peramal ini tampaknya tidak
sesuai lagi disematkan pada Ronggowarsito. Julukan peramal adalah mitos
menyesatkan yang dengan atau tanpa sengaja tertanam kuat di dalam benak
masyarakat. Dengan kata lain, Ronggowarsito memiliki kecerdasan yang lebih dari
sekadar seorang peramal. Ronggowarsito adalah filsuf besar Nusantara.
Ronggowarsito Tak Sekadar Peramal
Menempatkan Ronggowarsito sebagai
filsuf besar Nusantara, daripada sekadar pujangga dan peramal, diuraikan dalam
buku Mengenali Ronggowarsito sebagai Filsuf : Ketika Pemikiran
Filsafat Dianggap Ramalan (Bidik-Phronesis Publishing, Jakarta, Mei 2012).
Buku ini ditulis Lilik Sofyan Achmad (LSA) yang sejauh ini
dikenal sebagai Guru Besar yang tekun dalam meneliti dan mengkaji karya-karya
Ronggowarsito.
Gagasan penulisan buku ini berawal
dari sebuah pertanyaan besar: Apakah pemikiran-pemikiran Ronggowarsito hanya
berisi ramalan-ramalan belaka? Pertanyaan inilah yang membawa LSA
menelusuri secara jernih, teliti dan tajam terhadap seluruh karya
Ronggowarsito. Lalu dari hasil kajiannya selama bertahun-tahun, LSA
menyimpulkan bahwa pemikiran-pemikiran Ronggowarsito terbukti memiliki
sistematika yang logis. Inilah yang secara meyakinkan menempatkan Ronggowarsito
sebagai seorang filsuf besar yang pernah dimiliki bangsa ini.
Buku setebal 88 halaman ini merangkum
hasil kajian LSA dalam hal pembuktian Ronggowarsito sebagai filsuf besar
Nusantara yang sejajar dengan filsuf-filsuf besar negeri ini dan dunia dan
bukan sekadar pujangga kraton, peramal, cenayang, paranormal atau apapun
namanya.
Buku ini diawali dengan bab 1 yang
mengisahkan masa kecil dan perjalanan karir Ronggowarsito. Bab 2 seputar teori
paska kolonial dan relevansinya dengan pemikiran Ronggowarsito. Bab 3
mengungkap segala sesuatu yang dibangun dengan mitos dan bagian Penutup.
Buku ini menjadi menarik karena pada
bagian akhir terdapat epilog berjudul Ronggowarsito Memang Filsuf yang
ditulis Turita Indah Setyani. Dia adalah peneliti sastra dan budaya Jawa
lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia di bidang kajian budaya dan
feminisme yang kerap menjadi pembicara di pelbagai forum ilmiah nasional dan
internasional. Tulisan Turita Indah Setyani sangat membantu Pembaca dalam
memahami seluruh rangkaian isi buku ini.
Tidak kalah menariknya adalah kata
pengantar buku ini yang ditulis Riko, Direktur Penerbit Buku Bidik-Phronesis
Publishing. Riko tampaknya faham benar dengan LSA yang dilanda kegelisahan
terhadap sosok Ronggowarsito yang hanya dikenal generasi muda bangsa ini
sebagai seorang peramal.
Riko membuka jalan bagi LSA untuk
mempublikasikan hasil kajiannya. Buku Mengenali Ronggowarsito sebagai Filsuf
merupakan buku pertama yang terbit di Tanah Air yang secara tegas dan ilmiah
memberi julukan baru kepada sosok fenomenal Ronggowarsito.
Sebuah Usaha Membongkar Mitos
Anda tentu sudah lama mengetahui
bahwa Ronggowarsito adalah seorang peramal ulung. Lalu Anda mungkin
bertanya-tanya: Apakah terbitnya buku ini akan menumbangkan reputasi
Ronggowarsito sebagai peramal?
Jawabannya: Tidak.
Buku ini sama sekali tidak bermaksud
meruntuhkan Ronggowarsito sebagai seorang peramal yang ramalan-ramalannya masih
relevan hingga saat ini, sebagaimana kutipan ramalan di atas. Buku ini justru hendak menegaskan
bahwa Ronggowarsito memiliki kecerdasan yang jauh lebih tinggi daripada sekadar
menempatkannya sebagai seorang peramal. Pemikiran-pemikiran Ronggowarsito yang
terangkum dalam karya-karya monumentalnya itu bukanlah kitab ramalan, melainkan
kitab filsafat. Ramalan hanya sebagian saja dari seluruh pemikiran filsafat
Ronggowarsito.
Lalu pertanyaannya, mengapa selama
ini kita mengenal Ronggowarsito sebagai peramal?
Inilah yang saya maksud dengan
penjajahan pikiran. Sebagaimana petikan puisi Rudyard Kipling di atas (East
is East and West is West, and never the twain shall meet).
Sejak dulu, bangsa Barat mencoba
menanamkan ke dalam pikiran bangsa Timur bahwa para filsuf (atau para pemikir
dunia) hanya milik bangsa Barat (baca: Eropa dan Amerika). Sehingga klaim
majunya peradaban dan kecerdasan manusia harus selalu dimulai dari bangsa
Barat.
Sedangkan bangsa Barat selalu
mengidentikkan bangsa Timur dengan ramalan, mistik, supranatural yang dianggap
sumber keterbelakangan. Padahal, manusia-manusia dari ras bangsa Timur ini
memiliki kecerdasan yang setara dengan kecerdasan bangsa Barat.
Membaca buku baru ini memberi
keyakinan kepada saya bahwa sosok fenomenal Raden Ngabehi Ronggowarsito memang
sudah selayaknya disejajarkan dengan para filsuf negeri ini dan filsuf dunia. Tujuan utama penulis buku ini, tentu
saja, hendak menempatkan pemikiran Ronggowarsito dalam pisau bedah filsafat dan
tidak lagi membiarkan para petualang mistik, supranatural atau klenik, terus
berputar-putar membicarakan ramalan Satrio Piningit, Zaman Edan dan sejenisnya.
Kajian pemikiran Ronggowarsito dapat
berada dalam meja yang sama dengan para filsuf lainnya di negeri ini,
seperti Tantular, Paku Buwana IV, Ki Hajar Dewantara, Driyarkara, Romo
Sugijapranata, Hamka, Franz Magnis Suseno, Leo Suryadinata,
Nurcholish Madjid, Damarjati Supadjar, FX. Mudji Sutrisno dan
lain-lain.
Dan bagi Anda yang senang menggeluti
filsafat dan budaya Nusantara, maka saya merekomendasikan untuk membaca buku
ini. Selamat Menikmati.
Judul Buku: Mengenali
Ronggowarsito sebagai Filsuf: Ketika Pemikiran Filsafat Dianggap Ramalan
Penulis: Lilik Sofyan Achmad
ISBN: 978-602-99727-4-0
Penulis: Lilik Sofyan Achmad
ISBN: 978-602-99727-4-0
Tahun
terbit: 2012.
Jumlah
Hal: 88 hal.
Ukuran: 11,5 cm x 18,5 cm.
(Soft
Cover, book paper).
Penerbit: Bidik-Phronesis Publishing.
Harga:
Rp. 26.000,-
Comments
0 comments to "R.Ng Ronggowarsito Sang Filusuf Nusantara"
Posting Komentar