Abdi Dalem Kraton |
Masyarakat Jawa adalah masyarakat yang diikat oleh norma-norma hidup tradisi dan agama.
Aneka ragam keselarasan gaya hidup, dirumuskan dalam berbagai bentuk
simbol-simbol budaya jawa. Nilai-nilai kaprawiran yang menekankan sikap
fundamental memayu hayuning bawana (menjaga kesejahteraan dunia) angayuh ayat
winasis (pandai mengatur panca indera) dan wong jowo ngganing rasa padha
gulangen ing kalbu ing sasmitha amrih lantip kuwana nahan hawa kinemot mamoting
driya (orang Jawa itu amat perasa, hendaklah kamu belajar mendidik kalbu
agar pintar menangkap maksud yang tersembunyi dengan jalan menahan hawa nafsu,
sehingga akal dapat menangkap maksud sebenarnya) menjadikan manusia memiliki madu
basa (kedewasaan personal), madu rasa (kedewasaan sosial) dan madu
brata (kedewasaan spiritual).
Sikap
hidup masyarakat Jawa yang selalu menghayati nilai-nilai keutamaan, keluhuran
mengutamakan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi, membentuk
kepribadian yang mengutamakan aspek moral dalam berbuat. Bait-bait Serat Kejawen berikut bisa sedikit menggambarkan:
“…Namun ana osiking galih kaki den waspaos, obah
osikana kang agawe, iku sira ulatana kaki dununge kang osik den bisa kapanggah
(Suluk Cipta Waskhita: mijil 13.18)”
Bait
tersebut menjelaskan bahwa bila timbul hasrat hati, haruslah hati-hati, segala
perbuatan ada yang membuat, hal itu harus kau perhatikan kedudukannya yang
disebut kehendak.
“…Kang sekar pangkur winarna, lalabuhan kang kanggo
wong urip, ala lan becik puniki prayoga kaweruhane, adat waton puniki dipun
kadalu miwah ta ing tatakrama, den kesthi siyang ratri (Wulangreh: pengantar:
1)”
Maksudnya
adalah orang hidup di dunia itu haruslah dapat mengetahui mana yang baik dan
mana yang tidak baik.
“…Polah kang nora patut, nora pantes lamun sira
turut, nora wurung rusak awake pribadi…(Cipta waskhita: gambuh: 91)”
Maksudnya
tingkah laku yang kurang baik tidak patut kau tiru, sebab akibatnya akan
merusak diri pribadi.
Comments
0 comments to "Moralitas Jawa"
Posting Komentar