Selasa, 29 Januari 2013

Serat Sabda Jati

2 komentar



R.Ng.Ronggowarsito

Megatruh
1. Hawya pegat ngudiya RONGing budyayu, MarGAne suka basuki, Dimen luWAR kang kinayun, Kalising panggawe SIsip, Ingkang TAberi prihatos

Jangan berhenti, selalulah berusaha berbuat kebajikan, agar mendapat kebahagiaan serta keselamatan dan tercapai segala cita-cita, maupun terhindar dari perbuatan yang bukan-bukan; caranya haruslah gemar prihatin.

2. Ulatna kang nganti bisane kepangguh, Galedehan kang sayekti, Talitinen awya kleru, Larasen sajroning ati, Tumanggap dimen tumanggon

Dalam hidup yang penuh keprihatinan ini pandanglah dengan seksama, intropeksi diri, telitilah jangan sampai salah, endapkanlah didalam hati, agar mudah menanggapi sesuatu.

3. Pamanggone aneng pangesthi rahayu, Angayomi ing tyas wening, Eninging ati kang suwung, Nanging sejatining isi, Isine cipta sayektos

Bisanya demikian kalau senantiasa mendambakan kebajikan, mengendapkan pikiran, mawas diri, sampai seolah-olah hati ini kosong, namun sebenarnya berisi cipta yang sejati.

4. Lakonana klawan sabaraning kalbu, Lamun obah niniwasi, Kasusupan setan gundhul, Ambebidung nggawa kendhi, Isine rupiah kethon

Segalanya itu harus dijalankan dengan penuh kesabaran. Sebab jika bergeser dari hidup yang penuh kebajikan akan menderita kehancuran. Kemasukan setan gundul, yang menggoda membawa kendi berisi uang banyak.

5. Lamun nganti korup mring panggawe dudu, Dadi panggonaning iblis, Mlebu mring alam pakewuh, Ewuh mring pananing ati, Temah wuru kabesturon

Bila terpengaruh akan perbuatan yang bukan-bukan, sudah jelas akan menjadi sarang iblis, selalu mendapatkan kesulitan dan kerepotan, tidak dapat berbuat dengan tekad hati yang baik, seperti orang yang mabuk kepayang.

6. Nora kengguh mring pamardi reh budyayu, Hayuning tyas sipat kuping, Kinepung panggawe rusuh, Lali pasihaning Gusti, Ginuntingan dening Hyang Manon

Bila sudah terlanjur demikian, tidak tertarik terhadap perbuatan yang menuju kepada kebajikan. Segala hal yang baik, ia  lari darinya, sebab sudah diliputi perbuatan dan pikiran yang jelek. Sudah melupakan Tuhannya. Ajaran-Nya sudah musnah berkeping-keping.

7. Parandene kabeh kang samya andulu, Ulap kalilipen wedhi, Akeh ingkang padha sujut, Kinira yen Jabaranil, Kautus dening Hyang Manon

Namun demikian, banyak juga yang melihatnya, dengan mata yang seperti kemasukan pasir, banyak diantara mereka yang menyembah-nyembah, menganggapnya sebagai wali yang diutus Tuhan.

8. Yeng kang uning marang sejatining dawuh, Kewuhan sajroning ati, Yen taniru ora urus, Uripe kaesi-esi, Yen niruwa dadi asor

Namun bagi yang bijaksana, sebenarnya gelisah melihat fenomena demikian. Bila tak mengikuti hidupnya menderita, namun bila diikuti hidupnya akan tercela

9. Nora ngandel marang gaibing Hyang Agung, Anggelar sakalir-kalir, Kalamun temen tinemu, Kabegjane anekani, Kamurahane Hyang Manon

Mereka tidak percaya kepada Tuhan, yang menitahkan bumi dan langit, barang siapa yang berusaha dengan tekun pasti akan mendapatkan kebahagiaan. Karena Tuhan itu Maha Pemurah adanya.

10. Hanuhoni kabeh kang duwe panuwun, Yen temen-temen sayekti, Dewa aparing pitulung Nora kurang sandhang bukti, Saciptanira kelakon

Segala permintaan umatNya akan selalu diberi, bila dilakukan dengan setulus hati. Tuhan akan selalu memberi pertolongan, sandang pangan tercukupi segala cita-cita dan kehendaknya tercapai.

11. Ki Pujangga nyambi paraweh pitutur, Saka pengunahing Widi, Ambuka warananipun, Aling-aling kang ngalingi, Angilang satemah katon

Sambil memberi petuah Ki Pujangga juga akan membuka selubung yang termasuk rahasia Tuhan, agar dapat diketahui sebagai petunjuk.

12. Para jalma sajroning jaman pakewuh, Sudranira andadi, Rahurune saya ndarung, Keh tyas mirong murang margi, Kasekten wus nora katon

Manusia-manusia yang hidup didalam jaman kerepotan, cenderung meningkatnya perbuatan-perbuatan tercela, perbuatannya makin menjadi-jadi, banyak pikiran-pikiran yang tidak berjalan diatas jalan kebenaran, keagungan jiwa sudah tidak tampak.

13. Katuwane winawas dahat matrenyuh, Kenyaming sasmita sayekti, Sanityasa tyas malakut, Kongas welase kepati, Sulaking jaman prihatos

Lama kelamaan makin menambah rasa  prihatin, tersentuh oleh pertanda zaman  tersebut, sang pujangga hanya bisa merenung diri melihat membuncahnya keprihatinan itu.

14. Waluyane benjang lamun ana wiku, Memuji ngesthi sawiji, Sabuk tebu lir majenum, Galibedan tudang tuding, Anacahken sakehing wong

Jaman yang repot itu akan selesai kelak bila sudah ada pertapa yang mengajak pada ketauhidan, ia bersabuk tebu dan berpenampilan seperti orang gila, suka menuding kesana kemari menghitung banyaknya orang.

15. Iku lagi sirap jaman Kala Bendu, Kala Suba kang gumanti, Wong cilik bisa gumuyu, Nora kurang sandhang bukti, Sedyane kabeh kelakon

Disitulah baru selesai Jaman Kala Bendu. Diganti dengan jaman Kala Suba. Dimana diramalkan rakyat kecil bersuka ria, tidak kekurangan sandang dan makan seluruh kehendak dan cita-citanya tercapai.

16. Pandulune Ki Pujangga durung kemput, Mulur lir benang tinarik, Nanging kaseranging ngumur, Andungkap kasidan jati, Mulih mring jatining enggon

Sayang sekali "pengelihatan" Sang Pujangga belum sampai selesai, bagaikan menarik benang dari ikatannya. Namun karena umur sudah tua sudah merasa hampir datang saatnya meninggalkan dunia yang fana ini.

17.Amung kurang wolung ari kang kadulu, Tamating pati patitis, Wus katon neng lokil makpul, Angumpul ing madya ari, Amerengi Sri Budha Pon

Yang terlihat hanya kurang 8 hari lagi, sudah sampai waktunya, kembali menghadap Tuhannya. Tepatnya pada hari Rabu Pon.

18. Tanggal kaping lima antarane luhur, Selaning tahun Jimakir, Taluhu marjayeng janggur, Sengara winduning pati, Netepi ngumpul sak enggon

Tanggal 5 bulan Sela (Dulkangidah) tahun Jimakir Wuku Tolu, Windu Sengara (atau tanggal 24 Desember 1873) kira-kira waktu Lohor, itulah saat yang ditentukan sang Pujangga kembali menghadap Tuhan.

19. Cinitra ri budha kaping wolulikur, Sawal ing tahun Jimakir, Candraning warsa pinetung, Sembah mekswa pejangga ji, Ki Pujangga pamit layoti

Karya ini ditulis dihari Rabu tanggal 28 Sawal tahun Jimakir 1802. (Sembah=2, Muswa=0, Pujangga=8, Ji=1) bertepatan dengan tahun masehi 1873).

Comments

2 comments to "Serat Sabda Jati"

Padepokan Candra Bhirawa mengatakan...
23 Februari 2013 pukul 03.02

JAmane jaman edan. Sing ra melu ngedan dmalah diarani edan..!

Iman Widodo Seco Dipuro mengatakan...
12 Juni 2013 pukul 11.31

Betul sekali kang.....
Sing ra edan ora kuat banjur melu ngedan..

Posting Komentar

 

Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Two Church theme by Brian Gardner Converted into Blogger Template by Bloganol dot com